Catatan ini dibuat untuk menggugah hati dan memompa semangat kita sebelum nanti mulai mengarungi lagi pahit dan manisnya bahtera menuntut ilmu :)
Terinspirasi dari sebuah dialog sederhana namun amat berkesan dalam bis, sepanjang perjalanan Mojokerto - Malang siang tadi..
"Kamu kuliah juga?" gadis berambut ikal itu memulai permbicaraan. "Iya, Mbak. di UIN. Mbak-nya?" Kataku. "ooh aku di UB ambil perikanan. Kamu jurusan apa?" tanya gadis itu. "Biologi, mbak. mmm mbaknya semester berapa?" tanyaku. "semester 3, kamu?" "Sama mbak." Obrolan hangat itupun terus berlanjut, sampai akhirnya sampai pada topik yang bagiku sudah tidak tabu lagi untuk diperbincangkan dan bagiku sangat layak untuk dikeluh kesahkan, ya LAPORAN. Sebagai sesama pengambil kuliah ilmu murni tentu tidak ragu bagi kami untuk membahas "Laporan Praktikum".
"Kamu 2 semester kemaren berapa praktikum?" selorohnya. "mmmm 3 mbak, yah.. hari-hari penuh laporan dan laporan." jawabku. "Kamu masih mending, aku semester 2 kemaren 5 laporan. Trus kamu biasanya asistensinya berapa kali?" jawabnya enteng. Aku langsung menelan ludah, 5 kali?? terdengar sungguh fantastis, tapi hati kecilku masih saja diselimuti ego, segera kujawab pertanyaan gadis manis itu, "asistensi? ya satu kali aja mbak setelah praktikum itu.. langsung dapet acc asisten". "hmmm kamu masih mending, aku acc itu minimal 2 sampe 3 kali sampe bener-bener fiz bener baru bis lanjut ngerjain. Belum lagi kalo asistenya nyebelin, pernah aku hari ini praktikum sampe sore, besok pagi jam 6 asistenya minta acc. Kamu laporannya ditulis tangankan?" "iya mbak.. hmmm pretel rasanya tangan. Apalagi klo di UIN, baru bisa ngerjain laporan kalau ga ada jam kuliah dan setelah jam 8 malem, setelah kuliah bahasa arab, siangpun gabisa tidur soalnya kuliah jg.. ya gitu deh." jawabku, dengan tetap mengeluh dan bergelut dengan ego. "Aduuuh kamu masih mending deh, kalo aku setelah laporan yang ditulis tangan bener-bener fix, laporan itu harus diketik lagi dengan format yaa mirip skripsi gitu deh, ntar kalo salah yaa refisi lagi yang laporan ketikan itu." Tiba-tiba langsung kerasa nyesek, kelu lidahku. "oh ya, kamu syarat masuknya pasti BAB I, II atau nggak sampai 3 gitu kan?" aku mengangguk "kalau aku password masuknya itu BAB I, II, jawaban soal dari buku modul dan rangkuman dari 7 jurnal, bayangin aja." tambahnya.
Maka seketika itu, runtuhlah egoku.. kelu rasanya lidahku.. Selama ini diri begitu angkuh dan dikuasai ego, menganggap diri paling menderita, orang lain tidak ada yang mengalami lebih dari yang kita alami. Maka pertemuan dan obrolan singkat dengan gadis manis berambut ikal siang tadi, bagaikan tamparan dari Allah untukku. Terngiang dibatinku sebuah firman Sang Penguasa jagat raya, "La in syakartum la azidannakum walainkafartum inna azabi lasyadiid" (Jika kamu bersyukur akan Kami tambahkan nikmatKu kepadamu dan jika kamu kufur/tidak bersyukur siksaku amat pedih) Q.S Ibrahim: 7. Dan juga sebuah Hadist, “Pandanglah orang yang berada di bawahmu (dalam masalah harta dan dunia) dan janganlah engkau pandang orang yang berada di atasmu. Hal itu akan membuatmu tidak meremehkan nikmat Allah padamu.” (HR. Bukhari & Muslim)
Dari sebuah hati, untuk banyak hati :)
Fitria Nurul Mutmainah
PPH Khaira Ummah, 3 September 2012
di indahnya malam 00.56
Terinspirasi dari sebuah dialog sederhana namun amat berkesan dalam bis, sepanjang perjalanan Mojokerto - Malang siang tadi..
"Kamu kuliah juga?" gadis berambut ikal itu memulai permbicaraan. "Iya, Mbak. di UIN. Mbak-nya?" Kataku. "ooh aku di UB ambil perikanan. Kamu jurusan apa?" tanya gadis itu. "Biologi, mbak. mmm mbaknya semester berapa?" tanyaku. "semester 3, kamu?" "Sama mbak." Obrolan hangat itupun terus berlanjut, sampai akhirnya sampai pada topik yang bagiku sudah tidak tabu lagi untuk diperbincangkan dan bagiku sangat layak untuk dikeluh kesahkan, ya LAPORAN. Sebagai sesama pengambil kuliah ilmu murni tentu tidak ragu bagi kami untuk membahas "Laporan Praktikum".
"Kamu 2 semester kemaren berapa praktikum?" selorohnya. "mmmm 3 mbak, yah.. hari-hari penuh laporan dan laporan." jawabku. "Kamu masih mending, aku semester 2 kemaren 5 laporan. Trus kamu biasanya asistensinya berapa kali?" jawabnya enteng. Aku langsung menelan ludah, 5 kali?? terdengar sungguh fantastis, tapi hati kecilku masih saja diselimuti ego, segera kujawab pertanyaan gadis manis itu, "asistensi? ya satu kali aja mbak setelah praktikum itu.. langsung dapet acc asisten". "hmmm kamu masih mending, aku acc itu minimal 2 sampe 3 kali sampe bener-bener fiz bener baru bis lanjut ngerjain. Belum lagi kalo asistenya nyebelin, pernah aku hari ini praktikum sampe sore, besok pagi jam 6 asistenya minta acc. Kamu laporannya ditulis tangankan?" "iya mbak.. hmmm pretel rasanya tangan. Apalagi klo di UIN, baru bisa ngerjain laporan kalau ga ada jam kuliah dan setelah jam 8 malem, setelah kuliah bahasa arab, siangpun gabisa tidur soalnya kuliah jg.. ya gitu deh." jawabku, dengan tetap mengeluh dan bergelut dengan ego. "Aduuuh kamu masih mending deh, kalo aku setelah laporan yang ditulis tangan bener-bener fix, laporan itu harus diketik lagi dengan format yaa mirip skripsi gitu deh, ntar kalo salah yaa refisi lagi yang laporan ketikan itu." Tiba-tiba langsung kerasa nyesek, kelu lidahku. "oh ya, kamu syarat masuknya pasti BAB I, II atau nggak sampai 3 gitu kan?" aku mengangguk "kalau aku password masuknya itu BAB I, II, jawaban soal dari buku modul dan rangkuman dari 7 jurnal, bayangin aja." tambahnya.
Maka seketika itu, runtuhlah egoku.. kelu rasanya lidahku.. Selama ini diri begitu angkuh dan dikuasai ego, menganggap diri paling menderita, orang lain tidak ada yang mengalami lebih dari yang kita alami. Maka pertemuan dan obrolan singkat dengan gadis manis berambut ikal siang tadi, bagaikan tamparan dari Allah untukku. Terngiang dibatinku sebuah firman Sang Penguasa jagat raya, "La in syakartum la azidannakum walainkafartum inna azabi lasyadiid" (Jika kamu bersyukur akan Kami tambahkan nikmatKu kepadamu dan jika kamu kufur/tidak bersyukur siksaku amat pedih) Q.S Ibrahim: 7. Dan juga sebuah Hadist, “Pandanglah orang yang berada di bawahmu (dalam masalah harta dan dunia) dan janganlah engkau pandang orang yang berada di atasmu. Hal itu akan membuatmu tidak meremehkan nikmat Allah padamu.” (HR. Bukhari & Muslim)
Maka, kutulislah catatan ini, untuk meruntuhkan ego kita, bahwa apa yang selama ini kita keluh kesahkan ternyata jauh lebih mudah dari apa yang dilakukan dan dialami oleh orang lain. Dengan air mata malu akan diri yang hina ini dengan hati penuh luapan rasa syukur, kuucapkan "Bersyukurlah, kawan. Tetap kobarkan semangat dan yakinlah ini semua yang terbaik untuk kita. cemmmuuunguuuud ea! ;)"
Dari sebuah hati, untuk banyak hati :)
Fitria Nurul Mutmainah
PPH Khaira Ummah, 3 September 2012
di indahnya malam 00.56
6 komentar:
dengan berpikir seperti itu kita dapat bersyukur atas apa yang Allah telah berikan kepada kita,.
Amin... semoga kita menjadi seorang yang pandai bersyukur dan mensyukurinya.
Amin.....
semoga aku bisa jadi seperti mbak,,,,
yang selalu bisa mengambil pelajaran dalam tiap kejadian.....
setelah baca kisahnya mbak,,,,kok kayaknya kuliah itu tak semudah yang dibayangkan ya??????
subhanaALLAH
alhamdulillah.....syukur hamba untukmu y ALLAH.....
Alhamdulillah.....syukur hamba untukmu y ALLAH.....
sunguh cerita yg membawa manfaat & smoga menbawa berkah...Amien
Posting Komentar