::♥ Seberkas Cahaya Putih ♥::

"Wahai Sang Maha Pengasih, Penyayang..
jangan biarkan hati ini kering,
cukuplah Al-Qur’an menjadi obat dari segala kerisauan ini..

Wahai Sang Maha Sebaik-baik Penjaga..
Kutitip hatiku yang rapuh ini serta sebongkah cinta yang masih terbungkus rapi..
hingga suatu saat nanti, ku temukan tulang rusuk ku..
yang namanya telah tergaris di lauhul mahfudz untuk ku..


Hamba lemah,.
hamba tak sanggup..
membawa sebongkah perasaan itu kemanapun hamba pergi..
terlalu sakit, bila akhirnya seperti ini..
resah berpadu dengan nestapa..
pada perasaan yang tergantung,
pada perasaan yang meloncat loncat seperti tupai tanpa tempat berlabuh..


Wahai Sang Maha Cinta..
ampuni kelalaianku..
ampuni aku yang tak lagi menjaga maruahku
ampuni aku yang lalai pada keistiqomahanku
ampuni aku yang gagal menjaga diri dari sentuhan-sentuhan haram itu..

sesal dan hanya sesal..
Bagaimana diri dengan bangga ingin dikagumi
bangga ingin mendapat yang sempurna"

"AMIN..."

Gadis itu penelungkupkan tangannya menutupi wajah dan menghapus sisa-sisa air mata yang masih membasahi pipinya. Kemudian, ia melepas mukenanya dan merebahkan dirinya ke kasur, memasrahkan hidup pada penciptanya. "Bismika Allahumma ahya wa bismika ammut (dengan menyebut nama-Mu Ya Allah aku hidup dan aku mati)." gumamnya perlahan.
Diluar sana, seberkas cahaya putih melesat keluar dari kamar gadis bermata sayu itu. Melesat cepat jauh menembus lapisan-lapisan langit dan ankhirnya tergantung dalam sebuah detet antrian. Ya, antrian terkabulnya do'a :)