Diary Cinta Ukhti
Kanvas cinta ini terlukis isi hati seorang muslimah. Tangannya tak akan pernah letih untuk mencurahkan segala isi hatinya.
“ Hhhfffhhh……” desahku perlahan tapi pasti, seolah dengan nafas yang aku keluarkan ini luruh pula segala beban yang merisaukan hatiku. Sesuai dengan kebiasaanku, seusai Shalat Isya aku duduk di meja belajarku. Tapi kali ini entah apa yang membuatku begitu enggan membuka buku pelajaran. Ada perasaan yang mendorongku untuk membuka buku ungu bermotif kupu-kupu di pojok meja belajarku. Begitu lama, sekitar 3 bulan tak pernah sedetikpun kubuka buku mungil penenang jiwaku itu. Kubiarkan dia kosong dan dingin tanpa ungkapan isi hatiku.
“Terlalu banyak kisah yang luput dari goresan penaku. Di duniaku yang baru ini terlalu banyak suka dan duka yang telah aku kecap, dan selalu saja ada cinta……. Aku tidak akan pernah menduga bahwa aku akan dekat dengan Ardian, kak Ardian begitulah aku menyebut namanya. Seseorang yang begitu indah untuk kukenal… Tapi dia hanyalah sebuah ilusi, kedekatanku denganya hanya dalam maya. Tidak Ya Allah,,, Hamba mohon jangan! HambaMu ini begitu takut… Hamba takut telah menyukainya… Hamba takut telah jatuh cinta kepandanya…Hamba takut yang hamba rasakan ini berarti cinta… Hamba tidak ingin mimpi ini… Hamba takut perasaan ini… Hamba tak ingin, tapi tetap tak bisa mengingkari… Hamba ingin lari, tapi tetap terjejat… Apakah hamba harus menuruti hati ini? Ya Allah, Hamba tidak ingin terluka lagi. Hamba tak ingin bertepuk sebelah tangan. Hamba ingin bangun dari mimpi ini ”
Tak terasa air mata pun mengalir di pipiku, aku terisak. Sakit begitu sakit. Air mataku inipun seolah tak pernah sanggup melarutkan lukaku. Diaryku basah oleh air mata, hingga sebagian kata-kataku terhapus air mata.
Aku mengingat kembali bagaimana aku bisa seperti ini terhadapnya. Tangisan malam ini mengingatkan segala hari yang telah kulalui sehingga aku bisa mengenalnya, hingga aku jatuh cinta padanya. Saat itu aku sedang bersenda gurau dengan teman-temanku. “ Ciyyeee…. yang nge-fans sama Kak Ardian. Seneng yah udah dapet alamat Friendsternya?? Hayoo traktiran dong!!” Kata Rena kepada Permata yang lagi nge-fans berat sama kakak kelas yang bernama Ardian itu. “Kak Ardian itu yang mana sih?” Tanyaku polos pada mereka. Serentak mereka yang semula tertawa menjadi diam. Mereka benar-benar kaget dan mungkin shock mendengar pertanyaanku. “Nisya, kamu gak bercanda kan? Nisyaku sayangku manisku cintaku…. Kamu gak tau siapa Kak Ardian? Ya Allah… Kemana aja sih? Kak Ardian itu salah satu “Idol”nya SMA kita tau!” Kata Rena dengan menggebu-gebu yang menekan kata “idol” seolah menghinaku bahwa akulah Gadis Ter-kuper sejagad SMAku ini.
Beberapa hari kemudian……
“Eh, ada Kak Ardian tuh. Aduh aku jadi gugup deh.” Kata Permata tiba-tiba saat kami sedang berjalan menuju kantin sekolah. “Yang mana sih?” Tanyaku. “Itu lho cowok yang lagi jalan sama temenya sambil bawa-bawa buku.” Mataku langsung menyorot dua orang cowok yang sedang berjalan itu. Astaghfirulloh….. Ternyata yang namanya Kak Ardian itu adalah cowok yang diam-diam aku kagumi tanpa aku tahu namanya. “Nisya? Kamu gak papa kan?” Partanyaan permata itu membuyarkan segala lamunanku. “Heh?? Nggak kok nggak papa. Oalah…. Itu tah yang namanya Kak Ardian?” Kataku. “Iya… kenapa?” Permata sedikit penasaran. “ Nggak kok.” Jawabku singkat.
Lama kelamaan aku mulai mengenal sosok Kak Ardian itu, mulai dari saling berkirim pesan lewat Friendster, juga lewat fasilitas Chatting yang sedang Booming d sekolahku. Aku mulai tahu kesukaanya. Aku mulai tahu sebagian kecil tentangnya. Aku merasa nyaman bisa ngobrol denganya lewat ‘Dunia Maya’ itu.
< Kakak suka baca buku ya?
> Iya, kenapa? Kamu punya buku bagus?
< Oh… Iya aku punya kak. Buku “Diatas Sajadah Cinta”. Kakak mau pinjem?
> Iya, aku pinjem ya?
< Oke, aku ngasihnya gimana?
> Besok aku ambil di kelasmu
Keesokan harinya, dia datang ke kelasku. Segera saja aku serahkan buku bercover biru laut itu. “Aku pinjem ya?” Katanya singkat., Ia tersenyum. “iya” jawabku. Akupun membalas senyumnya.
Tak terasa waktupun silih berganti datang dan pergi membawa segala kenangan tentangku dan dia. Lewat layanan Aplikasi Chatting itu kami begitu dekat, tertawa, curhat, bahkan pernah kami memakai emotion yang sma, yaitu ‘in love’ atau jatuh cinta. Diaryku pun jadi tempatku meluapkan segala rasa, melupakan segala Curahan Hatiku kepada Allah yang meskipun tanpa aku bererita. Beliau sudah maha Mengetahui segalanya. Di diary cintaku kugoreskan………….
Aku gadis yang sedang jatuh cinta
Aku gadis lahir disaksikan langit
Hidup bersanding takdir
Aku sedang jatuh cinta
Seulas senyum menghiasi wajahku
Semburat cahaya berasal dari gelora mataku
Gontaian kakiku pasti melangkah
Ayunan tanganku pasti berkarya
Gerak tubuhku pasti dinamis
Khayalanku adalah indah
Pikiranku adalah optimis
Mekarlah taman bunga di hatiku
Dikelilingi kupu-kupu warna-warni
Aku sedang jatuh cinta.
Siang itu disekolah…………….
“ Pengumuman, kepada seluruh anggota Rohis sekolah harap segera berkumpul di Ruang himpunan Rohis. Syukron!” Suara itu terdengar dari pengeras suara sekolahku. Saat itu, segera saja kulangkahkan kakiku menuju Ruang Himpunan Rosis. Senyum tak pernah lepas dari bibirku. Hatiku berbunga. “ Assalamualaikum….. “ kataku kepada seluruh umat yang telah berkumpul di ruang rohis. Acara Rohis hari itu begitu menyenangkan karena topik yang dikaji adalah cinta. Masih jelas kuingat kata-kata Pak Ahmad “Seeorang yang mencintai karena sebab maka akan hilang dengan sendirinya seiring hilangnya sebab.”
Malamnya, ketika semua kewajiban usai kurampungkan segera saja kubuka aplikasi chatting di HPku. Betapa bahagia hatiku, ketika saat itu kulihat Kak Ardian on-line. Malam itu, aku larut dalam rasa cinta yang sangat dan amat. Senyum tak henti tersimpul di bibirku.
Beberapa hari kemudian, saat aku usai pulang dari kegiatan menginap Rohis, dia mengirim SMS kepadaku tapi dengan nomor Hp temanya, kamipun bercerita banyak hal. Namun betapa terkejutnya hatiku, ketika kata-katanya mulai berubah aneh. Ketika dia membalas.
“ iya dek, aku pengen kita lebih dari teman”
Rasa tak percaya muncul kerena itu sungguh mengejutkanku. Tapi jujur ada rasa bahagia dalam hatiku. Segera saja kubalas pesanya itu dengan penuh tanya. Ku pertanyakan keseriusanya.
“SERIUS!”
Jawaban yang singkat yang mebuatku begitu gugup. Namun, ters saja aku tidak menunjukan kepercayaan sedikitpun terhadapnya. Hingga pada akhirnya…..
“Iya dek, maaf ini bukan Ardian. Aku temenya. Ardian gak ada. Gak tau kemana. Maaf udah ngerjain kamu”
Ternyata keraguanku terjawab dengan sebuah kenyataan pahit. Namun tetap saja kututupi segala perasaanku kepada temannya itu. Jujur, ada persaan kecewa yang dalam di hatiku. Tapi, aku mencoba untuk melupakan kejadian itu, seolah tak terjadi apapun. Kulalui saja hariku seperti biasa. Tapi nampaknya, perassanku terbaca oleh teman-temanku. Akupun menyuruh mereka untuk diam karena aku tak ingin dia menghindar dariku karena aku mencintainya. Dalam dan semakin dalam cintaku.
Malam itu, iseng saja aku kirim pesan kepadanya.
“ Curigai hatimu apakah cinta yang di rasa cinta karena terselubung nafsu dari sisi keliaranmu, ataukah cinta yang mapu untuk menyambut kehadiran rahmat ALLAH.”
Namun jawaban yang sangat aneh yang aku dapat.
“ Sanggup ^_^”
Segera kubalas pesannya itu dengan penuh keheranan.
“sanggup? Maksudnya?dasar kakak kelas yang benar-benar aneh ^_^”
Beberapa saat kemudian
” iseng aja. Enak aja aku gak aneh ya. Ada-ada aja kamu itu. Gak nyadar kalo kamu sendiri yang aneh”
Senyumku langsung mengembang. Segera kubalas pesanya itu.
“ aduh…. Udah tau aneh kug gak mau mengaku. Dasar! Yaudah dehsesama orang aneh dilarang saling menghina.”
Aku tunggu, tapi pesan darinya tak jua datang. Segera saja aku beranjak tidur.
Seperti biasa, di sepertiga malam aku bangun untuk Shalat tahajjud. Meminta petunjuk kepada yang Maha Pemberi Petunjuk. Sebelum aku beranjak ke kamar mandi untuk wudhu, kulihat di Hpq ada sebuah kotak surat yang menunjukkan ada sebuah pesan yang minta dibaca.
“ Maaf baru bales, dah tidur ya? Have a nice dream”
Siapa lagi pengirim pesan itu selain Kak Ardian. Hatiku begitu damai , kepada Allah Yang Maha Pengasih aku curahkan segala rasaku. Segala doa yang terbaik kupanjatkan untuk orang-orang di sekitarku. Air matapun terhenti menetes.
Tak terasa enam bula sudah waktu berlalu, Minggu itu adalah minggu-minggu yang paling menyebalkan bagi siswa-siswi SMAku. Apalagi selain Ulangan Semester I. Tapi bagiku ini adalah minggu ini adalah minggu yang sangat menyakitkan. Aku sakit, dokter mengatakan aku terlalu banyak kegiatan sehingga kurang istirahat. Betapa tidak tak kurang dari 3 ekskul di sekolah aku ikuti Masih aku ingat kata-kata penuh perhatian yang Kak Ardian kirimkan padaku.
“ Jangan pulang sore terus, ntar kamu kecape’an lho. Aku gak mau kamu sakit.”
Tapi, apa lagi yang bisa aku perbuat, aku terlalu larut dalam kesibukanku dalam berbagai ekskul. Hingga akhirnya dia tahu, aku sedang sakit. Dia mengatakan kepadaku agar aku menjaga kesehatanku. Tiga hari aku terbaring sakit di rumah, aku bosan dan menyesal. Inilah cara yang diberikan oleh Allah kepadaku untuk mensyukuri indahnya sehat.
Hari-hari terus berlalu, betapa resah hatiku. Ketika tak kulihat dia on-line, tak sepesanpun dia kirim, ketika bertemupun tak sepatah kata terucap darinya. Dia diam, dingin dan terlihat seperti menghindar.
“ Kenapa dia hanya terpaku dalam diam dan dinginya? Kenapa ia hanya tersenyum suram dalm diamnya? Kenapa dia menghindar dan mengacuhkanmu.. ia membuatku begitu didera Tanya. Apakah dia ragu? Atau ada seseorang yang telah mengisi harinya?Atau apakah dia tahu perasaanku hingga dia menghindar?ataukah dia sedang sibuk untuk persiapan berjuang menggapai cita-citanya?”
Kututup buku ungu itu dengan berlinag air mata. Ya Allah, apakah hamba begitu buta karena cintanya. Aku tahu Engkau yang Maha Pencemburu tak akan pernah rela melihat umatMu begitu terlena dengan cinta. Aku teringat perkataan Ukhti Ayu “ Cinta yang dimiliki manusia adalah CINTA ALLAH yang dimulai sejak dalam kandungan seorang ibu, bahkan sejak belum terciptanya bumi…. Cinta bukan hanya untuk orang tertentu. Tapi cinta itu untuk Sang Pencipta Cinta. Cintailah sesama insan, sesame makhluk demi cintamu kepada ALLAH.” Ukhti Ayu adalah kakak kelasku. Tapi sejak kegiatan Rohis, aku begitu dekat denganya. Ia telah aku anggap sebagai saudara. Ia berkata kepadaku agar tetap bisa menjaga hati.
Tapi tetap saja, hancur hatiku ketika aku tau dia begitu dekat dengan banyak gadis. Ketika aku melihatnya suatu pagi, dia berada di depan kelas X-2. Dia memberikan sesuatu kepada seorang gadis bernama Pelangi. Gadis yang memang cantik secantik namanya. Kenapa dia mengingkari kata-katanya sendiri, dia pernah bilang padaku bahwa ia begitu malu untuk ke area kelas X? saat itu saja dia menitipkan buku yang aku pinjamkan pada temanku. Aku begitu kecewa. Tamparan keras padaku. Akupun tersadar, aku bukan siapa-siapa dihatinya.
Saat aku melihatmu
Hatiku berdebar-debar dengan cepatnya
Ku berikan kau simpati
Dan perhatian yang tulus
Lalu kau balas
Semua perhatian yang telah kuberikan
Ku kira ini cinta
Kukira ini saying
Begitu besar harapan yang kuharapkan
Tapi tak kusangka
Ternyata perhatianmu kepadaku
Hanya sebatas teman. Tidak lebih. Hancur hatiku
Diaryku basah oleh air mata. Kepada Ukhti Ayu dan Nadya aku curahkan segala yang ada dalam hatiku. Dan mungkin kalian semua bertanya kemana Permata? Sahabatku yang telah membuatku mengenal sosok Kak Ardian. Ia kini menjauh, entah karena apa. “ Kamu marah karena aku dekat dengan Kak Ardian?” tanaku pada saat pulang sekolah. “ Kak Ardian? Enggak! Aku udah gak nge-fans lagi sama dia “ Katanya sambil beranjak pergi. Telah kucoba berulang kali bertanya padanya, tapi tetap saja ia tidak memberiku alasanya.
“ Coba kamu inget-inget lagi dek, apa keinginan kamu untuk mencintainya. Apakah hanya sebatas cinta? Atau keinginan untuk memiliki?” kata Ukhti Ayu, aku hanya terdiam. Muncul keingian untuku melupakanya. Melupakan segala rasa yang pernah ada.
Namun, bayangnya muncul lagi. Dia kembali meberiku sejuta harapan. Kami kembali seperti dulu, tapi tetap saja ada yang berubah. Dia tak perbah memulai pembicaraan sebelum aku yang memulainya. Tapi, sebuah panggilan baru muncul diantara kami. Akhi dan Ukhti, ya dia memanggilku Ukhti dan sebaliknya, aku memanggilnya Akhi. Mungkin itu gara-gara di dalam pesan singkat yang aku kirim kepadanya itu aku memanggilnya akhi. Kata-kata mutiara Islampun tak henti kukirimkan padanya. Betapa terkejutnya aku, ketika Santi seseorang yang juga dekat denganya berkata bahwa Kak ardian sudah tahu kalu aku menaruh hati padanya. Tapi kucoba untuk bersikap biasa saja di depanya. Dia juga bersikap biasa saja, kamipun kembali dekat, tapi tetap saja aku merasa ada yang lain darinya. Aku merasa ada yang berubah darinya.
Hal itu tak berlangsung lama beberapa hari lalu muncul lagi masalah yang begitu membuatku hancur dan terluka. “ La tahzan wa la Tahqof Nisya. Innallaha ma ana.” Kalimat itu terus aku ucapkan agar aku tetap tegar. Itu terjadi saat aku membaca SO di friendsternya. “ aku sayang kamu, tapi aku benci kamu….. P “. Hancur hatiku. Semua salahku karena aku telah memasukkan cinta kepadanya di hatiku. Kata-kata Pak Ahmad itu benar-benar terbukti, “ Apa saja yang engkau masukkan kedalam hati, jika engkau kehilangan itu, kau akan merasa sakit dan kecewa. Hanyalah allah saja yang ada di hatimu. Biarkan saja hanya Allah karena Allah tidak akan meninggalkan kita semua.”
Kugoreskan penaku di atas tubuh mungil buku diary berwarna ungu itu, tiap goresan pena itu seolah menyanyat hatiku. Sakit dan begitu sakit.
“ Semua hari-hariku yang diisi senyumu telah pergi. Itu terjadi hanya seperti sebuah mimpi., dating dan pergi begitu cepat. Saat itu kau menunjukkan perhatianmu yang lembut kepadaku, Aku mendadak mengerti betapa berharganya hidupku ini. Aku menatap langit yang gelap, tanpa satu bintangpun. Begitu kesepian dan suram tanpa sedikitpu cahaya. Menyadari bahwa langit sedang menemaniku. Aku berbisik kepada langit, Apakah aku salah jika mencintainya. Aku sepenuhnya mengerti bahwa aku takkan pernah menjadi sesuatu di hatimu. Aku sudah menyaksikanya bahwa kau sudah mencintai orang lain. Tapi mengapa jauh dalam hatiku, aku tetap mengharapkanmu. Satu-satunya hal yang seharusnya kuharapkan adalah kebahagiaanmu. Tapi mungki aku terlau egois, terlau buruk aku tidak mengharapkanya. Yang aku harapkan adalah untuk mengulang hari-hari itu.”
“Nisya, kamu udah tidur? Abi datang bawa martabak kesukaan kamu.” Teriakan Umi dibalik pintu itu itu membuyarkan segala lamunanku. . “Nisya sudah ngantuk Umi, Nisya juga kenyang.” segera kuhapus air mataku. “ Oh ya udah, cepet tidur ya sayang… Jangan lupa sama kewajibanya.” Kata Umi sambil berlalu dari pintu kamrku. Kututup buku Diary unguku yang tebal itu, dan akupun segera terlelap ke alam mimpi.
Kubiarkan waktu berlalu. Hari-hari di sekolah benar-benar membuatku malu, karena agaknya teman teman dekatku tahu tentang perasaanku kepada Kak Ardian. Aku begitu bahagia. Rani selalu menguatkanku saat aku mulai lalah. Sahabatku itu selalu tahu perasaanku. Iulah yang membuat cintaku kembali berkobar padanya. Merekalah penyemangatku. “semakin dalam relung sakit yg diabuat dihatiku, semakin dalam rasa sayangku padanya, waktu terus berlalu tapi kau masih tetap dihatiku”. Akhi dan ukhtipun dekat kembali. Teman-teman dekatku selalu membuatku kuat. Mereka meyakinkanku bahwa aku begitu pantas untuknya. Kujawab semua itu hanya dengan senyum. Tapi jauh dalam lubuk hatiku. Ada ribuan kuntum bunga yang mekar, indah… sangat indah.
Pagi ini aku bangun dengan begitu pucat, aku telah bermimpi… Sebuah mimpi buruk yang tak pernah kuharap itu menjadi kenyataan. Aku bermimpi Kak Ardian tiada. Masih lekat diingatanku. Ketika Shalat Subuh aku menangis, aku memohon pada Allah agar mimpi itu tak tejadi. Aku tahu semua orang akan tiada, tapi tetap saja aku berharap agar mimpiku itu tidak terjadi., karena dalam mimpiku Kak Ardian tiada saat di sekolah. Segera saja aku ceritakan mimpiku itu pada Kak Ardian. Diapun berjanji untuk menemuiku di kelas.
Suasana kelas sepi, hanya beberapa anak saja. Kami sedang sibuk mempersiapkan Event sekolah. Akupu sedang menunggu Kak Ardian, begitu gugup rasanya. “ Assalamualaikum…” Terdengar suara seseorang dari sosok yang begitu dekat di hatiku itu, kak Ardian. “Waalaikumsalam” akupun tersenyum. Diapun tanpa permisi masuk ke kelasku. “dasar aneh”gumamku perlahan. Akupu menceritakan mimpiku itu kepadanya. Dia hanya menanggapinya dengan senyum dan berkata, “ itu hanya mimpi. Aku sehat gini lho dek. Malah katanya itu pertanda umur panjang.” Akupun mengamininya. Teman-temanku berdesas-desus saling bertanya ada apa antara aku dengan kak Ardia. Tapi aku tidak menanggapinya. Nadya yang baru saja masuk kelas begitu terkejut melihatku bersama Kak Ardian. Diapun menggodaku dengan kerlingan matanya. Aku membalasnya dengan senyum tersipu. Ketika waktu menunjukkan pukul 13.30 Kak Ardian pamit untuk Shalat. “ wah akhiku jam segini baru sholat.” Godaku padanya. Seusia sholat, dia berpamitan pulang padaku lewat sebuah pesan
“ Assalamualaikum, ukhti aku pulang dulu ya dah sore.”
Akupun menyuruhnya untuk mengabariku ketika dia sudah sampai di rumah. Aku masih begitu takut dengan mimpiku. Ketika dia sampai rumah dia pun mengabariku. Hatiku begitu bahagia. Rasa bahagia itupun terlalu biasa katerna saat event sekolah berlangsung, secara kebetulan aku dan dia memakai baju dengan warna yang sama. Nadya, Cinta, dan Santi menggodaku.
Hari ini di sekolah aku begitu malas pergi ke sekolah. “kamu kenapa sih nisya? Dari tadi diem aja kayak patung. “ gak papa kog nadya, syukron udah perhatian sama aku.” Nadya memang benar-benar sahabatkku. Dia selalu tau keadaan hatiku. Hari ini adalah ulang tahun Cinta, teman sekelasku. Tim Ulang tahun kelas menyusun rencana untuk seperti biasa, memberi kejutan pada cinta.
Saat pelajaran biologi…………
“ Saya mendengar, di kelas ini ada yang selalu bermain Hp saat pelajaran.” Suara Bu Ifa itu memecah ruangan kelasku. Semua anak diam dan sunyi tak terkecuali aku. Bu Ifa telah terkenal sebagai guru yang ‘killer’. “Coba yang namanya Cinta maju kesini bawa hapenya.” Beliau memasang ekspresi yang benar-benar menakutkan. Cintapun maju ke depan kelas. Dia hanya menunduk ketakutan. “ Benar kamu selalu smsan ketika di kelas? Mana aku lihat Hpmu” Beliau langsung mebuka Hp itu. “ tidak bu” jawab Cinta pelan. “Bohoooong….. Bohooooooong……..” teriak ganknya yang juga tempatku mencurahkan perasaanku tentang Kak Ardian. “ Itu bu….. biasanya smsan sama paijo bu…..” lanjut mereka. Bu Ifa mengotak-atik tombol Hp itu. “ boleh saya buak Smsmu? Siapa paijo itu?”. “ Boleh bu, itu bu anak kelas XII.” Cinta menunduk. Perasaanku begitu kacau. Entah kenapa. “ Siapa?” tegas bu Ifa. “ Kak Ardian bu anak XII Bahasa.” Aku tersentak. “ kamu pacarnya tah?” Bu Ifa mencecarnya. Teman-teman bersorak sorai, tentu saja kecuali aku. Aku hanya menunduk. “ tidak bu! Santi yang pacarnya kak Ardian.” Deng…deng… Ada pisau yang tertancap di ulu hatiku. Sakit. “ Tidak bu.. tidak…” Santi mengelak. . “ Sudah… sudah… kamu tidak usah mengelak Cinta. satu satunya hukuman yang bisa kita berikan adalah……. Mengucapkan selamat ulang tahun kepadanya….” Bu Ifa terenyum sambil memeluk Cinta. Teman-teman sekelas sontak menyanyikan lagu ulang tahun kepada cinta. Akupun mencoba untuk tetap tersenyum. Meskipun dalam hati aku menangis. Selama ini mereka selalu menyebut nama Paijo di depanku untuk saling mengejek. Aku tak pernah tahu yang mereka maksud adalah Kak Ardian. Cinta dan ganknya termasuk Santi tertawa. Mereka begitu bahagia. Akupun tak kuat lagi. “ Nad, ikut aku ke kamar mandi. Aku udah gak kuat.” Nadya yang sedari tadi mencoba menguatkanku langsung mengerti. Aku segera meminta ijin ke Bu Ifa, diluar kelas, air mataku langsung tercurah. Tak tertahankan lagi, hatiku begitu sakit. Aku tak pernah menyangka mereka akan nerbuat seperti ini kepadaku. Salah apa aku pada mereka? Nadyapun hanya bisa diam, ia membiarkanku tenang. Akupun kembali ke kelas.
Hari itu, benar-benar menyakitkanku. Akan tetapi yang lebih menyakitkan adalah ketika meresa tak merasa bersalah sedikitpun kepadaku. Mereka malah terlihat sangat bahagia.
Tak menduga rasa
Tak menduga kisah pahit tercipta
Sudah lama kita lalui bersama
Waktu etrus berjalan tnpa henti
Kau biarkan aku terdiam membeku
Kau Khianati kepercayaanku
Apa ini balasan sebuah persahabatan?
Hancurkan hatiku
Terlihat oleh mataku
Kau bahagia saling mengejek dia kekasihmu
Kau tertawa diatas sakit yang kurasa
Tapi akutetap memaafkanmu
Semoga kau menyadarinya.
Peristiwa itupun tak aku perdulikan karena telah terganti oleh keindahan tiada tara, Kak Ardian kini telah menganggapku sebagai adiknya. Adik yang tidak akan pernah dia lupakan, begitu katanya padaku. Diapun tak sungkan lagi berkata bahwa aku ini adiknya, meskipun hanya lewat pesan, aku tetap saja bahagia. Aku semakin tidak bisa menutupi perasaanku darinya. Tapi tetap aku paksa, karena aku tak amu dia menjauh pergi dariku.
Kemana lagi aku harus
Berlari darimu sembunyi
Derai senyuman garis wajahmu
Mengikuti giang suara
Indah matamu menghantui
Peristiwa-peristiwa menjelma mimpi
Dengan apa lagi aku harus berpura
Laku tingkahmu tiada kuduga
Aku igin mencintaimu biasa saja
Diam dan tanpa kata
Biarlah aku seorang pemuja
Mencintai tanpa meminta
Merindui tanpa kau tahu
Aku igin mencintaimu biasa saja
“ Kak Ardian mau ngelanjutin study ke Jakarta.” Begitu kata Nadya. Akupun tersadar sebentar lagi dia akan lulus dan dia akan melanjutkan kehidupanya. Akupun tersadar dengan datangnya UNAS itu, aku akan segera berpisah denganya.
“Tapi bagaimana aku akan berkata selamat tinggal? Kepada seseorang yang tak pernah aku miliki. Kenapa tetes air mata jatuh demi seseorang yang tidak pernah menjadi kepunyaanku? Kenapa aku merindukan seseorang yang tidak pernah bersamaku? Dan ku bertanya, kenapa aku mencintai seseorang yang cintanya tidak pernah untukku.”
“ Yah, mau diapain lagi. Masak ya aku melarang dia?” jawabku singkat. “ Kamu gak usah bohong dari aku Nisya. Aku ini sahabatmu, aku tahu siapa kamu. Jangan bohong Nisya.” Nadya menatapku, tajam. Akupun tertunduk, air mataku mengalir. Deras dan semakin deras. Nadya memeluku. Dia mengerti perasaanku.
Kak Ardianpun memintaku agar mendoakanya lewat sebuah sms.
“ Dek, doain aku ya? UNAS udah bentar lagi.”
Akupun membalasnya dengan kesungguhan karena aku ingin segala yang terbaik untuknya.
Hari yang tak pernah ku inginkan itupun terjadi. Saat acara perpisahan sekolah, semua orang larut dalam kesedihan. Akupun hanya menunduk, hatiku perih. Inilah akhir dari cintaku. Pejuang yang tak mendapatkan cintanya. Aku tau Allah telah megatur segalanya. Aku yakin jarak bukanlah masalah, karena aku akan tetap mencintainya. Meskipun dia tak pernah membalasnya. Aku akan tetap mencintainya.
Hanyalah Sebatas Mimpi
biarkan cinta mengalir
bagaikan hembusan angin
dengan kelembutannya
mencoba menyentuh hati
mengisi ruang di hati
melepaskan hati yang terbelenggu
kesedihan dan kehampaan
menerangi jiwa yang menangis
menari dengan hati yang hancur
mencoba tersenyum walau hati terasa perih
demi sang kekaih tercinta
s'galanya kan terjadi bagaikan mentari yang bersinar
menerangi setiap jalan yang kau tempuh
dengan cahayanya yang lembut
menghangatkan hati yang t'lah membeku
kosongkan hati dan mimpi
biarkan cinta ini menyelimuti hati
menyatukan serpihan-serpihan hati yang hancur
ciptakan mimpi yang terindah
dengar dan rasakan bisikan hati yang sepi
yang ingin merasakan
indah cinta yang kau beri,dan yang kau miliki
walau hanya sebatas mimpi
Catatan terakhirku di Diary Unguku, karena tak terasa telah terisi penuh. Kusimpan Diary itu seperti kusimpan cintaku pada Kak Ardian. Akan kujadikan Diaryku ini menjadi saksi cintaku. Bahwa aku Zenisya shavitry cinta kepadanya. Bahwa sampai kapanpun aku akan tertap menuggunya. Meskipun nanti dia tak akan pernah datang kembali.
( Semoga ukhti semua bisa mengambil manfaat dari cerita ini )
3 komentar:
nasib kita sama ukhti,,, mencintainya dengan sederhana, dengan keikhlasan, dan mencintainya dalam diam,,,
hehehe ini hanya cerita fiksi ukh :)
subhanallah ukhti..
Posting Komentar